Relevansi Romantisisme Melawan Kerusakan Lingkungan
Abstract
Kerusakan lingkungan saat ini mendekati ambang batas daya dukung lingkungan
sehingga menimbulkan kompleksitas bencana dalam berbagai aspek. Sistem kapitalisme
dan industrialisme ditunjuk sebagai basis pengeksploitasian alam hingga berujung pada
kerusakan lingkungan yang kronis. Namun langgengnya sistem tersebut tidak luput dari
peran manusia, dimana paradigma berkaitan erat terhadap pengambilan sikap. Menurut
Fritjof Capra, paradigma mekanistik Descartes dalam memandang alam turut mendorong
kerusakan lingkungan. Melalui cogito ergo sum-nya, rasio ditempatkan pada tingkatan tertinggi.
Hal ini bertolak belakang terhadap keholistikan sebagai upaya pelestarian alam. Kemudian
gerakan romantisisme pada abad ke-18 hadir melawan hegemoni rasio-mekanistik.
Tujuannya mengembalikan tradisi Aristotelian yang berfokus pada alam sebagai kesatuan
padu dan organik. Namun, kini gerakan romantisisme dinilai tidak kuat secara fundamental.
Hal ini disebabkan kualitas rasa sebagai tolak ukur romantisisme bertentangan dengan obsesi
masyarakat terhadap fenomena yang dapat dikuantifikasi saja. Tulisan ini berusaha menarik
benang merah atas paradigma romantisisme serta relevansinya dalam melawan kerusakan
lingkungan.
Kata kunci: Kerusakan alam, rasio-mekanistik, Descartes, romantisisme