Pendidikan Agama yang Inklusif Sebagai Solusi Konflik Sosial-Kemasyarakatan
Abstract
Religion is one of important elements, the most significant and sensitive in a pluralist society. Therefore, religion is often accused of being the cause of various social conflicts, such as the case of the riots in Indonesia. Then in an attempt to overcome this problem, the concept of plurality (pluralism) is raised or understood. Because the diverse of religion is a sociological necessity, maturity in accepting differences should be increased and the horizons of religious thought must be expanded. Besides, it seems that there is something wrong with the religious education so that the socio-community issues continue to be a ghost in this nation. Because of that, like it or not religious education must construct improvements. One of which is the need to adopt the issues of everyday religious practices in the curriculum of religious education. Moreover, in the stage of social action, students are asked to directly implement concepts, issues or problems given to them.
Agama merupakan salah satu elemen yang penting dan sensitif dalam masyarakat pluralis. Oleh karenanya, agama sering dituduh sebagai penyebab terjadinya berbagai konflik sosial kemasyarakatan, seperti kasus kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di Indonesia. Maka sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan ini dimunculkan konsep atau paham kemajemukan (pluralisme). Mengingat kemajemukan agama merupakan keniscayaan sosiologis, maka perlu ditingkatkan kedewasaan dalam menerima perbedaan dan memperluas wawasan paham keagamaan. Selain itu, nampaknya ada yang salah dengan pendidikan agama sehingga masalah sosial-kemasyarakatan terus menerus menjadi hantu di bangsa ini. Oleh karena, harus dilakukan pembenahan dalam pendidikan agama. Salah satunya adalah perlu mengadopsi isu-isu praktik keagamaan sehari-hari dalam kurikulum pendidikan agama. Memberikan pengarahan kepada peserta untuk mengimplementasikan konsep, isu, atau permasalahan agama sebagai kegiatan aksi sosial.