Membangun Harmoni Beragama Melalui Paradigma Inklusif

  • Finayatul Maula Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Maliki Malang
Keywords: Harmoni Beragama, Paradigma Inklusif

Abstract

Issue of violence and conflict in religion recently is close from the complex triggers as well as the impact of globalization, misinterpretation of Illahi verses, depletion of religious tolerance, fanaticism class, political factor and other interests. As an effort of the resolution to this religion conflict, it is required concrete solutions that could thrive to an inclusive paradigm for religious life which is fraught of harmony and peace. Inclusive understanding is a point of view that does not claim the own religion to be the righteous one, but also deems others true. Being inclusive can be defined as believing that a truth is not a monopoly of a particular religion, but the truth can be found in other religions.

Isu kekerasan dan konflik dalam beragama akhir-akhir ini tentu tak jauh dari faktor pemicu yang kompleks, seperti halnya dampak dari globalisasi, salah menginterpretasi ayat Illahi, menipisnya toleransi antar agama, fanatisme golongan, maupun faktor kepentingan politik dan yang lainnya. Sebagai upaya untuk meresolusi konflik keagaman ini dibutuhkan solusi nyata berupa paradigma inklusif yang bisa mengantarkan kepada kehidupan beragama yang harmoni dan penuh dengan perdamaian. Pemahaman yang inklusif yakni pemahaman yang tidak mengklaim diri sebagai satu-satunya yang benar, tapi juga memungkinkan orang lain juga benar. Menjadi inklusif berarti percaya bahwa kebenaran tidak menjadi monopoli agama tertentu, tetapi juga bisa ditemukan dalam agama-agama lain.

Downloads

Download data is not yet available.

PlumX Metrics

Published
2018-02-24
How to Cite
Maula, F. (2018). Membangun Harmoni Beragama Melalui Paradigma Inklusif. LoroNG: Media Pengkajian Sosial Budaya, 4(1). https://doi.org/10.1234/lorong.v4i1.98
Section
Author Guideline and Template