KONTEKSTUALISASI ISRAF DAN TABZIR DALAM PENGELOLAAN HARTA PERSPEKTIF TAFSIR AL-MUNIR KARYA WAHBAH AZ-ZUHAILI

Abstract

Wahbah Az-zuhaili sebagai ulama tafsir kontemporer memberikan perhatian lebih pada ayat-ayat al-Qur’an yang memiliki keteraitan dengan konteks saat ini. Salah satunya pada ayat-ayat yang menjelaskan mengenai perilaku israf dan tabdzir. Tulisan ini mengkaji tentang salah satu perilaku yang melekat dalam kehidupan manusia sehari-hari yaitu perilaku yang mengindikasikan sikap berlebihan dan boros. Penelitian ini terfokus pada analisis tafsiran ayat-ayat tentang sikap berlebihan dan boros yakni ayat israf dan tabzir dalam persoalan harta, yaitu dalam QS. An’am: 141, QS. Al-A’raf: 31, QS. Al-Furqan: 67, dan Qs. Al-Isra’: 26-27. Tafsiran tersebut diambil dalam kitab tafsir Al-Munir karya Wahbah Az-zuhaili. Penelitian ini dilakukan guna menjawab pertanyaan bagaimana interpretasi Wahbah Az-zuhaili terhadap ayat-ayat israf dan tabzir dalam pengelolaan harta dalam al-Qur’an dan bagaimana kontekstualisasi dari penafsiran ayat-ayat tersebut. Penelitian ini merupakan jenis penelitian lybrary research dengan pendekatan kualitatif. Objek utama dari penelitian ini adalah kitab tafsir Al-Munir karya Wahbah Az-zuhaili, sedangkan data sekunder berupa literatur-literatur lain yang terkait dengan tema penelitian ini. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan teknik dokumentasi yang selanjutnya diolah dengan lima tahapan yaitu editing, classifying, verifying, analyzing, dan concluding. penelitian ini menyimpulkan pertama bahwa makna israf dalam QS. Al-An’am: 141 berarti berlebihan dalam zakat hasil panen, QS. Al-A’raf: 31 berarti berlebihan dalam berkonsumsi, QS. Al-Furqan: 67 berarti berlebihan dalam menginfakkan harta. Sedangkan makna tabzir dalam QS. Al-isra’: 26-27 berarti mengambur-hamburkan hartanya secara boros. Dari kedua perilaku tersebut merupakan perilaku yang sama-sama perilaku tercela dan berakhir pada kesia-siaan. Kedua, untuk kontekstualisasi dalam masa kini dalam menghindari perilaku israf dan tabzir dengan cara moderat dalam membelanjakan harta, mengetahui prioritas dalam pembelanjaan harta dan dalam berkonsumsi harus sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam ajaran Islam.