Reinterpretasi Ayat Al-Qur’an Tentang Hubungan Muslim-Non Muslim (Aplikasi Pendekatan Ma’na Cum Maghza Terhadap QS. Ali Imran [3] : 118-120)
Abstract
Penelitian ini berangkat dari adanya anggapan bahwa hubungan/interaksi yang terjalin antara Muslim dan Non-Muslim adalah suatu hal yang tabu. Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam QS. Ali ‘Imran [3]: 118-120 yang difahami sebagai dasar larangan berteman dengan Non-Muslim. Namun, berdasarkan pertimbangan aspek kontroversi dan konteks kehidupan masa kini, kajian ini difokuskan untuk mereinterpretasikan ayat tersebut dengan menggunakan pendekatan Ma‘nā-Cum-Maghzā dan relevansinya dengan konteks ke-Indonesiaan masa kini. Penelitian ini merupakan studi kepustakaan murni, dengan data primer QS. Ali Imran [3]:118-120, menggunakan pendekatan hermeneutik dengan teknik pengumpulan data jenis dokumentasi dan analisa data dengan menggunakan teori hermeneutik ala Sahiron Syamsuddin yang dikenal dengan sebutan ma‘nā-cum-maghzā. Dengan menggunakan pendekatan teori Ma‘nā-Cum-Maghzā, penelitian ini menemukan bahwa hubungan pertemanan yang di maksudkan dalam ayat ini adalah hubungan pertemanan yang sangat dekat layaknya keluarga. Larangan ini, di masa lalu ditujukan untuk pertemanan dengan beberapa kabilah dari kaum Yahudi bersifat buruk yang menyimpan kemunafikan dan selalu mengganggu umat Islam. Oleh karenanya, pesan utama dari ayat ini adalah hendaknya kita:(1) berhati-hati dalam membangun hubungan dengan orang lain; (2) tidak berniat buruk atau menyimpan dendam dan kebencian kepada orang lain; (3) menghindari sifat munafik; (4) saling mengasihi dan menyayangi sesama umat manusia; (5) selalu bersabar atas segala musibah dan senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT. Maghza-maghza diatas tentunya sangat relevan untuk di terapkan dalam kehidupan bermasyarakat di negara Indonesia yang majemuk ini untuk menjaga kedamaian, persatuan dan kesatuan negara.
