ETIKA GURU DAN MURID DALAM PERSPEKTIF TAREKAT SYADZILIYAH

Abstract

Educators and students are important components in an education. Among the interesting discussions and often a problem of contemporary education in the relationship between the two is ethics. Ethics are norms related to what a teacher should do to students and what is forbidden to do, and vice versa. Specifically within the tarekat, ethics has more attention because the interaction between the murshid and the student is not only physical but also involves the minds of both. This study uses a qualitative-descriptive method and uses a literature study as data purification. The results of this study indicate that within the Syadziliyah order, the murshid must be able to maintain authority in front of his students, the murshid must know how his students are doing, and the murshid must be able to adjust the conditions/ability of his students in giving practice. Students must always remember their murshid wherever they are, students must limit the orders of their murshid properly, students may not move the murshid if there is a potential for danger.

Abstrak

Pendidik dan peserta didik merupakan komponen penting dalam sebuah pendidikan. Di antara pembahasan yang menarik dan sering menjadi problema pendidikan masa kini dalam hubungan antara keduanya adalah etika. Etika merupakan norma-norma yang terkait dengan apa saja yang harus dilakukan seorang guru terhadap murid serta apa yang dilarang untuk dilakukan, begitu juga sebaliknya. Etika dibutuhkan dalam segala institusi pendidikan. Khusus di dalam lingkup tarekat, etika memiliki perhatian yang lebih sebab interaksi antara mursyid dan murid bukan hanya sekadar secara fisik namun juga melibatkan batin keduanya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif dan menggunakan studi kepustakaan sebagai penggalian data. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa di dalam tarekat Syadziliyah seorang mursyid harus mampu menjaga wibawa di hadapan muridnya, mursyid harus mengetahui kabar keseharian muridnya, juga mursyid harus bisa menyesuaikan kondisi/kemampuan muridnya dalam memberikan amalan. Pada sisi murid, murid harus selalu mengingat mursyidnya dimana pun berada, murid harus menaati perintah mursyidnya dalam kebaikan, juga murid tidak boleh berpindah-pindah mursyid jika berpotensi menimbulkan bahaya.